jendela

KEBIASAAN YANG PERLU KITA TIRU !

Menyetor hafalan al-Quran antara teman sejawat atau seorang murid kepada gurunya; seorang guru memperbaiki hafalan para santrinya; orangtua menyimak bacaan anak-anaknya di rumah sehabis shalat; mahasiswa menyimakan hafalan al-Quran kepada kakak kelasnya; para hufaz (orang-orang yang hafal al-Quran) mengulang hafalannya kepada para syeikh mereka, semua itu barangkali sudah menjadi fenomena yang cukup lumrah bagi kita. Fenomena berinteraksi dengan al-Quran yang berbeda malah saya jumpai di Mesir, yaitu orang-orang sudah masuk golongan kakek-kakek masih suka menghafal dan memperdengarkan bacaannya kepada temannya, notabenanya juga tidak kalah tua darinya. Mengulang kembali huruf yang tercecer ketika membaca, menghafal dan memperbaiki makharijul huruf yang salah menurut temannya, bukanlah sebuah beban bagi mereka. Keterbukaan dan saling menasehati sangat jelas tampak dari raut-raut wajah mereka ketika menelusuri huruf demi huruf al-Quran. Menurut saya, kebiasaan ini terbilang luar biasa dan sangat wah. Kenapa saya berani mengatakan ini sebuah fenomena wah, karena pemandangan seperti itu kerap sekali mengundang saya tertekun kagum. Mata saya juga masih terbilang asing dengan pemandangan menyejukan seperti ini. Saya juga nyaris tidak menemukan kebiasaan orang-orang tua seperti ini di masjid-masjid di kampung. Kalaupun mereka berkumpul, barangkali karena ada momentum kajian rutin, mingguan dan ceramah agama. Itu pun kerap ditemani oleh kepulan asap rokok yang membumbung ke langit-langit ruangan masjid. Saya berasumsi bahwa ini adalah kegiatan spektakuler plus istimewa yang ditampilkan oleh kalangan lansia Mesir. Fenomena menghafal al-Quran ketika tua ini, sudah hampir tiga tahun saya amati di sudut-sudut kota Kairo. Awalnya saya mengira kebiasaan itu hanya didominasi oleh kalangan lansia di sejumlah masjid tertentu saja. Namun setelah berpindah dari satu masjid ke masjid yang lain, saya justru menemukan hal yang sama. Apalagi ketika ujian di Al-Azhar menyapa, saya cukup sering menyendiri di lorong-lorong masjid yang terkadang lumayan jauh dari flat saya tinggal. Tahukah Anda, apa yang saya temukan? Tidak lain adalah orang-orang yang sudah tua masih akrab membuat halaqah (perkumpulan) untuk membaca, menghafal dan memperbaiki bacaan al-Quran. Saat membaca face to face dengan rekannya yang sudah lansia, mereka justru tetap tampak serius dan kusyu`. Tidak ada rasa malu, minder dan gengsi sedikit pun karena mereka sudah kakek-kakek. Itu tidak lain karena mereka tengah melahap kitab suci al-Quran yang setiap huruf bernilai pahala. Dalam halaqah itu, terkadang saya juga melihat sejumlah anak muda yang sangat akrab kalangan lansia, saling memperbaiki bacaan mereka. Berlapang hati untuk diperbaiki, dinasehati, diberikan masukan oleh orang lain sangat jelas terpancar dari mereka. Tentu tidak semua orang mampu melakukan hal itu. Semua itu tidak lain karena mereka kembali ke al-Quran, kendatipun mereka telah puluhan tahun mencicipi asam manis kehidupan. Tidak ada kata menyerah untuk belajar, walaupun terbilang tua pada kenyataannya hafalan mereka tidak kalah akuratnya anak-anak yang masih mengenyam pendidikan. Saya juga memperhatikan bahwa kakek-kakek Mesir itu juga saling bersaing dalam menghafal al-Quran dengan teman sejawatnya. Kendatipun mereka tidak secara terang-terangan mengungkapkan itu kepada saya, tapi kondisi mereka telah menginformasikan hal tersebut. Mereka tidak hanya menyetorkan hafalan satu atau dua halaman tapi terkadang sampai seperempat juz. Mereka membaca juga masih terlihat lancer sehingga apa-apa yang mereka menjadi ritmis di telinga pendengarnya. Satu hal lagi yang sangat akrab dari sorotan mata saya dari kalangan lansia Mesir adalah, mereka selalu mentalkinkan al-Quran kepada anak-anak yang masih belia. Kebanyakan anak-anak itu Saya lihat belum menyentuh bangku pendidikan, baik itu taman kanak-kanak (TK) atau sekolah dasar (SD). Kendatipun mereka terbata-bata tapi ia terus ditalkinkan oleh kakek-kakek. Hasilnya lidah anak-anak kecil mungil itu, saya perhatikan telah akrab dengan ayat-ayat al-Quran di luar kepala. Kebiasaan ini selaras dengan apa pepatah Arab, bahwa menghafal ketika belia bagaikan mengukir di atas batu. Saya beranggapan bahwa tidak ada sebenarnya waktu untuk terlambat menghafal, belajar, memperbaiki diri, mengulang kembali ilmu-ilmu yang telah dipelajari. Begitu juga hal dengan kegiatan menghafal itu sendiri, sebenarnya bukanlah pekerjaan yang hanya digeluti oleh anak sekolahan atau para santri di padepokan. Pelajaran yang sangat luar biasa dari itu adalah budaya saling menasehati dan mengingatkan di antara kalangan lansia. Mereka seakan tidak menyerah dengan keterbatasan jatah tinggal mereka miliki di atas dunia ini. Jika yang tua saja masih ngotot mengulang kembali hafalannya dan membaca al-Quran, lantas bagaimana kita? Barangkali masih bugar, fit dan memiliki banyak waktu senggang! Selain kegiatan yang produktif dan istimewa, tanpa mereka sangka-sangka pada hakekatnya mereka telah berinvestasi pahala untuk akhirat kelak. Banyak sekali hadis-hadis Rasulullah yang menerangkan demikian, karena al-Quran akan datang menjadi syafa`at bagi para pembacanya di akhirat kelak. Semoga ayat-ayat al-Quran yang kita baca menjadi pemberat mizan hasanah kita di hadapan Allah Swt kelak! Amien

Minggu, 24 Januari 2010

Adat Tahsin Al Qur'an di Mesir

Menyetor hafalan al-Quran antara teman sejawat atau seorang murid kepada gurunya; seorang guru memperbaiki hafalan para santrinya; orangtua menyimak bacaan anak-anaknya di rumah sehabis shalat; mahasiswa menyimakan hafalan al-Quran kepada kakak kelasnya; para hufaz (orang-orang yang hafal al-Quran) mengulang hafalannya kepada para syeikh mereka, semua itu barangkali sudah menjadi fenomena yang cukup lumrah bagi kita.

Fenomena berinteraksi dengan al-Quran yang berbeda malah saya jumpai di Mesir, yaitu orang-orang sudah masuk golongan kakek-kakek masih suka menghafal dan memperdengarkan bacaannya kepada temannya, notabenanya juga tidak kalah tua darinya. Mengulang kembali huruf yang tercecer ketika membaca, menghafal dan memperbaiki makharijul huruf yang salah menurut temannya, bukanlah sebuah beban bagi mereka. Keterbukaan dan saling menasehati sangat jelas tampak dari raut-raut wajah mereka ketika menelusuri huruf demi huruf al-Quran.

Menurut saya, kebiasaan ini terbilang luar biasa dan sangat wah. Kenapa saya berani mengatakan ini sebuah fenomena wah, karena pemandangan seperti itu kerap sekali mengundang saya tertekun kagum. Mata saya juga masih terbilang asing dengan pemandangan menyejukan seperti ini. Saya juga nyaris tidak menemukan kebiasaan orang-orang tua seperti ini di masjid-masjid di kampung. Kalaupun mereka berkumpul, barangkali karena ada momentum kajian rutin, mingguan dan ceramah agama. Itu pun kerap ditemani oleh kepulan asap rokok yang membumbung ke langit-langit ruangan masjid. Saya berasumsi bahwa ini adalah kegiatan spektakuler plus istimewa yang ditampilkan oleh kalangan lansia Mesir.

Fenomena menghafal al-Quran ketika tua ini, sudah hampir tiga tahun saya amati di sudut-sudut kota Kairo. Awalnya saya mengira kebiasaan itu hanya didominasi oleh kalangan lansia di sejumlah masjid tertentu saja. Namun setelah berpindah dari satu masjid ke masjid yang lain, saya justru menemukan hal yang sama. Apalagi ketika ujian di Al-Azhar menyapa, saya cukup sering menyendiri di lorong-lorong masjid yang terkadang lumayan jauh dari flat saya tinggal. Tahukah Anda, apa yang saya temukan? Tidak lain adalah orang-orang yang sudah tua masih akrab membuat halaqah (perkumpulan) untuk membaca, menghafal dan memperbaiki bacaan al-Quran.

Saat membaca face to face dengan rekannya yang sudah lansia, mereka justru tetap tampak serius dan kusyu`. Tidak ada rasa malu, minder dan gengsi sedikit pun karena mereka sudah kakek-kakek. Itu tidak lain karena mereka tengah melahap kitab suci al-Quran yang setiap huruf bernilai pahala.

Dalam halaqah itu, terkadang saya juga melihat sejumlah anak muda yang sangat akrab kalangan lansia, saling memperbaiki bacaan mereka. Berlapang hati untuk diperbaiki, dinasehati, diberikan masukan oleh orang lain sangat jelas terpancar dari mereka. Tentu tidak semua orang mampu melakukan hal itu. Semua itu tidak lain karena mereka kembali ke al-Quran, kendatipun mereka telah puluhan tahun mencicipi asam manis kehidupan. Tidak ada kata menyerah untuk belajar, walaupun terbilang tua pada kenyataannya hafalan mereka tidak kalah akuratnya anak-anak yang masih mengenyam pendidikan.

Saya juga memperhatikan bahwa kakek-kakek Mesir itu juga saling bersaing dalam menghafal al-Quran dengan teman sejawatnya. Kendatipun mereka tidak secara terang-terangan mengungkapkan itu kepada saya, tapi kondisi mereka telah menginformasikan hal tersebut. Mereka tidak hanya menyetorkan hafalan satu atau dua halaman tapi terkadang sampai seperempat juz. Mereka membaca juga masih terlihat lancer sehingga apa-apa yang mereka menjadi ritmis di telinga pendengarnya.

Satu hal lagi yang sangat akrab dari sorotan mata saya dari kalangan lansia Mesir adalah, mereka selalu mentalkinkan al-Quran kepada anak-anak yang masih belia. Kebanyakan anak-anak itu Saya lihat belum menyentuh bangku pendidikan, baik itu taman kanak-kanak (TK) atau sekolah dasar (SD). Kendatipun mereka terbata-bata tapi ia terus ditalkinkan oleh kakek-kakek. Hasilnya lidah anak-anak kecil mungil itu, saya perhatikan telah akrab dengan ayat-ayat al-Quran di luar kepala. Kebiasaan ini selaras dengan apa pepatah Arab, bahwa menghafal ketika belia bagaikan mengukir di atas batu.

Saya beranggapan bahwa tidak ada sebenarnya waktu untuk terlambat menghafal, belajar, memperbaiki diri, mengulang kembali ilmu-ilmu yang telah dipelajari. Begitu juga hal dengan kegiatan menghafal itu sendiri, sebenarnya bukanlah pekerjaan yang hanya digeluti oleh anak sekolahan atau para santri di padepokan. Pelajaran yang sangat luar biasa dari itu adalah budaya saling menasehati dan mengingatkan di antara kalangan lansia. Mereka seakan tidak menyerah dengan keterbatasan jatah tinggal mereka miliki di atas dunia ini. Jika yang tua saja masih ngotot mengulang kembali hafalannya dan membaca al-Quran, lantas bagaimana kita? Barangkali masih bugar, fit dan memiliki banyak waktu senggang!

Selain kegiatan yang produktif dan istimewa, tanpa mereka sangka-sangka pada hakekatnya mereka telah berinvestasi pahala untuk akhirat kelak. Banyak sekali hadis-hadis Rasulullah yang menerangkan demikian, karena al-Quran akan datang menjadi syafa`at bagi para pembacanya di akhirat kelak. Semoga ayat-ayat al-Quran yang kita baca menjadi pemberat mizan hasanah kita di hadapan Allah Swt kelak! Amien

Alhamdulillah dibuka juga ahirnya cadar mereka !

Keputusan Dewan Universitas Al-Azhar yang melarang pemakaian cadar (niqab) di ruang ujian benar-benar jadi diterapkan. Peraturan ini berlaku bagi siapa saja, mulai dari mahasiswi hingga pengawas dan dosen. Sejak hari pertama ujian tengah semester di kampus-kampus Al-Azhar, baik di Kairo atau pun di wilayah provinsi Mesir lainnya, yang dimulai sejak Sabtu (16/1) kemarin tak ada cadar yang tampak di lingkungan ruang ujian.

Meski pada mulanya sempat menimbulkan kontroversi, pada akhirnya peraturan ini pun dapat diterima. Para perempuan bercadar pun pada akhirnya mencopot kain penutup separuh muka mereka ketika mereka berada di ruang ujian. Ketika mereka sudah keluar ruang ujian dan keluar kampus, mereka pun bebas untuk mengenakan kembali cadar mereka.

Para lelaki pun dilarang untuk melewati dan bolak-balik di sekitar ruang ujian. Peraturan ini juga berlaku bagi para pengawas lelaki. Aniyyah Ibrahim, Dekan Fakultas Akuntansi Al-Azhar Kairo mengatakan, pihaknya bersama jajaran dekanat lainnya telah bersepakat untuk menerapkan peraturan ini, sekaligus melarang pihak lelaki untuk melewati dan mondar-mandir di sekitar kawasan ruang ujian.

"Untuk menghormati kebebasan setiap pribadi bagi mereka yang mengenakan cadar," kata Amniyyah.

MAHASISWA MESIR TOLAK KRITIKAN TAK BERDASAR DR. MUHIBIN

Geliat aktifitas Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) ternyata masih segar. Di tengah kesibukan mempersiapkan ujian, mereka masih antusias untuk menghadiri acara “ Dialog Umum ” yang diadakan oleh El-Montada, KPMJB dan FATIHA, Jum’at 11/12/09 di auditorium pesanggrahan KPMBJ.

Dialog ini ini diisi oleh dua nara sumber dari Indonesia yaitu Prof. Dr. Endang Soetari M. Si (Guru Besar UIN Sunan Gunung Jati Bandung) yang menyampaikan materi seputar Problematika Studi Hadits di Indonesia dan Prof. Dr Muhibbin M. Ag (Guru Besar IAIN Walisongo Semarang) yang menyampaikan materi tentang Urgensi Kritik Matan dalam Pembuktian Validitas Hadits. Hadir sebagai Pembanding Ust. Ahmad Ikhwani, Lc. Dipl (Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Al-Azhar jurusan Hadits) dengan moderator Ust. Roni Fajar, Lc. (Mahasiswa Universitas Al-Azhar Jurusan Hadits)

Di awal acara, Ust. Saifuddin M.A. selaku ketua El-Montada (organisasi mahasiswa program pasca sarjana dan doktoral) menyampaikan sambutan yang antara lain menyatakan bahwa antusias para masisir untuk mengkaji kegiatan yang bersifat keilmuan ternyata lebih tinggi daripada mengkaji tentang politik, terbukti dengan jumlah peserta yang hadir melebihi kapasitas auditorium yang disediakan.

Dr. Endang Soetari. M.Si yang mendapat giliran pertama dalam diskusi ini menyebutkan tentang Problematika Ilmu hadits di Indonesia. Hingga saat ini metode digunakan oleh beliau ialah penetapan keshahihan hadits dengan cara Takhrij.

Pemaparan kedua dilanjutkan oleh Dr. Muhibbin. M. Ag. yang pernah menulis buku tentang kritik kitab “Shahih Bukhari”. Beliau menyatakan tidak semua hadits dalam Shahih Bukhari itu shahih, bahkan terdapat beberapa hadits termasuk kategori lemah dan palsu.

Dinginnya kairo yang sempat terkena percikan gerimis sebelumnya berubah menjadi hangat setelah pemaparannya yang mengkritik matan hadits. Menurutnya ini untuk membela Nabi Muhammad sabda beliau yang telah melalui beberapa kurun waktu itu tidak ada yang bertentangan dengan akal.

Contohnya hadits tentang lalat dan tentang mayit yang disiksa karena tangisan keluarganya yang menurutnya tidak rasional. Semua kritikan itu bisa ditanggapi dengan baik oleh pemateri pembanding, Ust. Ahmad Ikhwani, Lc. Dipl.

Acara pun berlanjut ke sesi tanya jawab. Setelah moderator mempersilahkan para hadirin untuk bertanya bak gayung bersambut begitu banyak tangan-tangan yang mengacung ingin bertanya. Tanggapan pertama disampaikan Ust Zulfi Akmal, Lc. Dipl. (Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Tafsir Univ. Al-Azhar) menyampaikan bahwa seorang mahasiswa Al-Azhar tingkat dua pun sanggup mengkonter hadits tersebut dari syubuhat yang disampaikan oleh Dr. Muhibbin tadi. Ust. Zulfi juga menolak adanya proses belajar hadits tanpa guru, seperti yang dilakukan oleh Dr. Muhibbin.

Kemudian Ust Bukhari, Lc. Dipl. (Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Hadits Univ. Al-Azhar) angkat bicara membantah pernyataan keraguan Dr. Muhibbin terhadap hadits pada Shahih Bukhari. Ia menjelaskan secara gamblang status beberapa hadits yang dikritik berikut dalil tentang kedudukan hadits tersebut. Ust. Bukhari menganggap hasil penelitian Dr. Muhibbin ini kurang referensi dan juga kurang pemahaman bahasa Arab.

Pertanyaan-pertanyaan beserta tanggapan-tanggapan yang ditanyakan akhirnya dijawab oleh Dr. Muhibbin dengan berusaha membela argumen beliau. Beliau menganggap hadits-hadits itu diragukan karena irrasional. Sebab mengkaji hadits tidak hanya dari matan dan sanad saja, tapi perlu memperhatikan aspek rasionan, sejarah dan sirah. "Apabila naql bertentangan dengan akal, maka yang didahulukan adalah akal." tegasnya. Sontak mahasiswa yang hadir pada saat itu seakan tertawa meringis akan tanggapan yang diuraikan oleh beliau.

Acara yang mulai beranjak malam tersebut tidak mengendurkan semangata para hadirin, terbukti dengan antusias para penanya pada sesi ke dua yang semakin membuat hangat suasana. Diantara pernyataan yang paling menyentak disampaikan oleh Riyadh, Mahasiswa Al-Azhar Fakultas Dirasat slamiyah konsentrasi Ushuluddin yang menanyakan standarisasi tesis kandidat doktor di Indonesia, karena begitu mudahnya hanya tinggal mengangkat sesuatu yang berbenturan antara nash Al-Quran dengan nash Hadits bisa lulus membondong gelar doktor. “kalau gitu saya ingin cepat-cepat pulanglah ke Indonesia melihat segampang itu bapak menjadi Doktor” ungkap Riyadh. Sontak seluruh hadirin riuh seketika.

Kemudian disusul dengan pernyataan Umarulfaruq Abubakar, Mahasiswa Fakultas Darul Ulum Universitas Kairo, yang menyebutkan bahwa yang sedang di permasalahkan saat ini tidak murni kritik matan. Yang terjadi adalah mengkritik matan hadits karena belum bisa dipahami oleh si pengkritik. Hal ini tentu sama tidak menurunkan derajat sebuah hadits shahih, pemahamannyalah yang perlu dikaji kembali.

Antusias masisir dalam menanggapi dialog ini masih berlanjut. “Bahkan sampai pagi pun masih siap” ungkap salah seorang hadirin. Namun karena waktu pula, sesi tanya jawab berakhir setelah adanya kata penutup dari kedua nara sumber. Kedua nara sumber ini adalah anggota adalah bagian dari rombongan para Doktor yang sedang menjalankan studi singkat di Mesir dalam rangka meningkatkan kompetensi selaku dosen di universitas masing-masing.

Kebencian dunia terhadap yahudi meningkat drastis !

Sebuah laporan mengungkapkan bahwa kebencian terhadap Yahudi di seluruh dunia pada tahun 2009 meningkat drastis dan tidak pernah terjadi sebelumnya sejak setelah Perang Dunia II.

Menurut laporan tahunan yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga Yahudi, seruan kebencian terhadap Yahudi di seluruh dunia meningkat pada tahun 2009 lalu secara signifikan, khususnya setelah agresi brutal zionis Israel ke jalur Gaza dan tidak hanya itu - insiden berupa sentimen anti Yahudi juga meningkat khususnya di Benua Eropa.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa 42% penduduk Eropa barat percaya bahwa orang-orang Yahudi telah mengeksploitasi masa lalu mereka sebagai korban pembantaian Nazi, untuk memeras masyarakat Eropa secara finansial.

Dalam laporan itu juga memperlihatkan bahwa negara Perancis tercatat sebagai negara di wilayah Eropa yang paling tinggi tingkat anti Yahudinya selama tahun 2009.

Menurut laporan tersebut salah satu kontribusi terbesar meningkatnya kebencian terhadap Yahudi selama tahun 2009 adalah agresi militer brutal Israel di jalur Gaza dan kemudian laporan yang menghebohkan oleh media Swedia terkait dengan pencurian organ-organ tubuh syuhada Palestina oleh militer Israel.

Doktor Pertama Indonesia di Bidang Fiqh Muqarin Universitas Al-Azhar

Wawancara dengan Dr. Oni Sahroni, M.A
(Doktor Pertama Indonesia di Bidang Fiqh Muqarin Universitas Al-Azhar)

Satu lagi putra Indonesia berhasil menyelesaikan pendidikan doktoral di Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir. Beliau adalah Dr. Oni Sahroni, M.A. yang berhasil meraih gelar doktoral dengan predikat summa cum laude. Beliau kini siap kembali mengabdikan diri kepada Ibu Pertiwi demi kemajuan agama, bangsa dan negara. Penelitian beliau tentang studi komparatif hubungan antara Bank Konvensional dan Unit Usaha Syariahnya di Mesir dan Indonesia menjadi disertasi pertama yang membahas hal ini, dan beliau pun menjadi Doktor pertama dari Indonesia di bidang Fiqh Muqarin Universitas Al-Azhar. Koresponden Eramuslim cabang Kairo alhamdulillah bisa mewawancarai beliau di kediaman beliau di bilangan Gate I 10th District Nasr Citi, Kairo-Mesir. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana perasaan Anda seusai sidang doktoral di fakultas Syariah wal Qanun kemarin?

Pertama, Syukur Alhamdulillah. Prestasi ini adalah anugerah Allah Swt. dan atas pertolonganNya. Karena empat belas tahun belajar di Al-Azhar Asy-Syarif menempuh pendidikan S1, S2 dan S3. Rentang waktu yang cukup lama ini menjadi kekhasan Al-Azhar. Pada umumnya S2 dan S3 diselesaikan paling cepat 8 tahun. Bagi saya, ini cukup melelahkan.

Terlebih di S3 karena judul disertasi yang saya angkat belum pernah ditulis sebelumnya di dunia arab ataupun di dunia islam, sehingga saya harus memulai dengan referensi seadanya. Tapi karena pertolongan Allah saya bisa menuntaskan pendidikan di al Azhar hingga S3.

Kedua, ucapan terimakasih atas dukungan dan bantuan dari para guru, ustadz dan kawan-kawan yang telah membantu menanamkan jiwa pengabdian dan pengorbanan dan memudahkan studi ini.

Ketiga, ucapan terimakasih kepada Istri tercinta, Hetty Muslihah, dan keluarga yang telah memberi motivasi dan menjadi pendamping setia dari awal S2 hingga S3 ini.

Untuk ukuran penyelesaian studi akademis di Al-Azhar, pendidikan Ust. Oni tergolong cepat. Apa yang memotivasi Anda dalam pendidikan ini?

Pertama, Dakwah yang Allah titipkan kepada setiap muslim. Karena bagi saya kehidupan adalah pengabdian. Pengabdian kepada masyarakat adalah pengabdian kepada Allah Swt. Dan saya berbahagia bisa menjadi abdi dalam wilayah pendidikan.

Kedua, Pendidikan adalah bekal kita berdakwah. Semakin banyak bekal kita, maka semakin banyak pula yang bisa kita berikan karena masyarakat sebab faqidusy syai la yu'thihi (orang yang tidak punya apa-apa tidak bisa memberi). Maka prestasi ini adalah wasilah agar kontribusi yang diberikan lebih optimal.

Prestasi Doktor ini hanyalah sarana yang harus kita wakafkan untuk kepentingan masyarakat. Tidak lain tidak bukan.

Bisa diceritakan sekilas tentang judul disertasi Ust dan latar belakangnya.

Disertasi saya berjudul :
Thabiah wa Atsar al ‘Alaqah baina al Abunuk at Taqlidiyah wa Furu’iha al Islamiyah fi Mishro wa Indonesia ; Dirasah Muqaranah (Hubungan antara Bank Konvensional dan Unit Usaha Syariahnya di Mesir dan Indonesia ; Studi Komparatif).

Saat ini perkembangan Bank-bank Syariah begitu pesat, yang diikuti oleh langkah bank konfensional yang membuka unit-unit usaha syariahnya.

Saat ini tidak ada pertanyaan terhadap legalitas konsep bank-bank syariah jenis full syariah, tetapi ternyata Bank Konvesional yang membuka UUSnya belum dibahas secara proporsional.

Sesuai dengan wawancara dan jaulah saya, ternyata masalah ini belum di bahas di DSN (Dewan Syariah Nasional) Jakarta, IDB (Islamic Development Bank Jakarta, Lembaga Fiqih Islam OKI Jeddah, Markaz Pusat Kajian Ekonomi Syariah Sholeh Kamil, Kairo-Mesir.

Yang ada adalah pernyataan person para ulama yang memberikan tiga batasan syar'i agar UUS ini sesuai dengan kaidah-kaidah syariah, yaitu :
Pertama, memiliki kewenangan yang cukup untuk mengelola kegiatan investasi sesuai syariah.

Kedua, memiliki pencatatan dan pembukuan terpisah dari bank Induknya

Ketiga, memiliki Laporan keungan terpisah dari bank Induknya.

Bisa dijelaskan isi Disertasi Ust. Oni?

  • Bagian Pertama menjelaskan Perkembangan Cabang Syariah di Mesir dan Indonesia
  • Bagian Kedua menjelaskan Hubungan Manajerial antara Bank Induk dengan UUSnya
  • Bagian Ketiga menjelaskan Pencatatan dan Laporan Keungan UUS
  • Bagian Keempat menjelaskan Produk Investasi UUS
  • Bagian Kelima menjelaskan Pengawasan Syariah UUS

Selain menyelesaikan pendidikan ini, kami mengetahui Anda juga sibuk dengan aktifitas lain sebagai dosen, pengurus yayasan, aktifitas sosial, mengurus keluarga dan lain sebagainya. Bagaimana trik Ust. Oni membagi waktu?

Saya terbiasa punya jadwal bulanan dan harian yang memuat agenda saya, istri dan anak-anak, dan lembaga tempat kami bertugas, sehingga dengan perencanaan tersebut, saya bersama isteri bisa memastikan bahwa untuk pendidikan anak-anak ada yang menemani dan aktifitas kami bisa berjalan dengan baik.

Bisa cerita dengan kegiatan Ust. Oni sehari-hari? Barangkali kami bisa mendapatkan banyak pelajaran yang berharga disini.

Dalam seminggu saya mempunyai tugas sebagai Civitas Akademika IAIN Serang, Konsultan Pendidikan di Serang, mengisi pengajian, menulis buku dan mengisi seminar.

Padatnya aktivitas menuntut saya untuk bisa mengelola keluarga secara baik, memastikan bahwa pendidikan anak, aktivitas tilawah, adzkar saya dan istri telah berjalan. Saya aktif dalam pengajian mingguan dengan ustadz saya, dan dari sana banyak mendapatkan bimbingan dan kontrol.

Apakah gelar doktor ini merupakan akhir dari rangkaian cita cita Anda, atau Anda masih punya cita-cita lainnya?

Gelar ini selain nikmat ia juga adalah amanah. Gelar Doktor ini adalah sarana agar kita bisa mengabdi lebih optimal. Oleh karena itu, dengan gelar ini saya harus memberikan outputnya, yaitu melahirnya doktor-doktor baru yang lebih dari saya. Itulah yang diajarkan oleh para guru kita di Sekolah Dasar. Mereka sudah menghasilkan para Doktor, tetapi mereka masih istiqomah menjadi guru di SD.

Apa rencana Anda setelah ini?

Saya sekarang sebagai guru, dosen dan konsultan. Saya bercita-cita ingin bersama-sama kawan-kawan di Indonesia mengembangkan pendidikan yang ada dan membesarkannya, sehingga bisa menjadi universitas rujukan pendidikan tinggi dan menghasilkan doktor doktor baru, yang tidak hanya tajam dalam menganalisa tetapi juga memiliki kemampuan leadership dan keperibadian yang mulia.

Apa tantangan dan kendala terberat yang Ust. Oni rasakan selama menempuh pendidikan di Universitas dari S1 sampai S3?

Pertama, sabar dalam belajar di al Azhar dan akselerasi dengan perkembangan di tanah air. Juga adanya kesulitan mendapat data dan referensi, sehingga harus pergi ke Indonesia, Saudi dan daerah-daerah di Mesir untuk mendapatkan bahan-bahan disertasi.

Kedua, kemampuan mengelola aktifitas. Di tengah kesibukan saya sebagai pimpinan salah satu organisasi di Mesir, bapak dari 3 anak, mencari nafkah saya harus menyelesaikan disertasi ini tepat pada waktunya.

Apa pesan atau pengalaman yang ingin Ust. Oni bagi kepada kawan-kawan mahasiswa Indonesia di seluruh dunia?

  • Pertama, berusahalah untuk bisa menyelesaikan studi hingga S3 karena itu tuntutan kebutuhan masyarakat Indonesia.
  • Kedua, perbanyak membaca, menelaah dan menghasilkan karya agar pikiran dan pesan kita terbaca oleh publik
  • Ketiga, berusahalah untuk aktif dalam kegiatan sebagai pelaksana atau pengelola sehingga tumbuh jiwa dan skill leadrship dan karakter tanggungjawab, karena skill tersebut ditumbuhkan melalui aktualisasi. Dengan begitu apa yang menjadi kesibukan kita itu juga yang dibutuhkan masyarakat kita di Indonesia.(sn/umr)

Biodata Singkat:
Dr. Oni Sahroni , M.A
. lahir di Serang-Banten tanggal 26 November 1975. Beliau menempuh pendidikan S1, S2 dan S3 di Fakultas Syariah wal Qanun Jurusan Fiqh Muqarin Universitas Al-Azhar dari tahun 1995-2010. Saat ini tinggal di Rego Secang Padasuka Petir Serang Banten bersama Istri tercinta dan keluarga. Email oni_sahroni@yahoo.com. Nomor Hp: 081384338281.

Minggu, 03 Januari 2010

tuhan yesus

ya Yesus
Ahad, 03 Jan 2010

'Tuhan' Yesus versus Tuhannya Yesus

Dalam buku A Question that Demans an Answer (Jawaban yang Disingkap­kan), seorang misionaris yang menamakan diri Abd Al-Masih membanding-bandingkan antara Yesus dan Muhammad. Perbandingan ini dilakukan secara licik dengan mencomot dalil-dalil Al-Qur‘an dan Hadits yang tidak semestinya. Dengan komparasi yang tidak memadai, akhirnya disimpulkan bahwa Yesus lebih hebat daripada Nabi Muham­mad, karena Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat Penebus Dosa.

Perbandingan yang dilakukan oleh Penginjil Abd Al-Masih ini salah sasa­ran dan tidak logis, karena berang­kat dari logika yang keliru. Jika menurutnya Yesus adalah tuhan dan Muhammad adalah manusia biasa (bukan Tuhan), maka menim­bang dan membanding-bandingkan keduanya adalah tindakan yang ngawur. Membanding­kan manusia dengan tuhan adalah perbuatan yang sia-sia, karena sudah sangat jelas keduanya jauh berbeda.

Seharusnya, jika Penginjil Abd Al-Masih mengakui Yesus sebagai Tuhan, maka lawan perbandingan yang sejajar adalah Tuhan Allah SWT. Mari kita bandingkan secara ilmiah, antara Yesus yang dipertahankan oleh umat Kristen dengan Tuhannya Yesus yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

..jika umat Kristen mengakui Yesus sebagai Tuhan, maka lawan perbandingan yang sejajar adalah Tuhan Allah SWT. Mari kita bandingkan secara ilmiah, antara Yesus yang dipertahankan oleh umat Kristen dengan Tuhannya Yesus yaitu Allah SWT...

Pertama, Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.

“…Demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa” (II Korintus 6:18).

“Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satu pun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat” (Yesaya 40:26).

Sedangkan Yesus tidak maha kuasa, karena dia tidak berbuat apa-apa tanpa kehendak Allah.

“Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar, dan penghakimanku adil, sebab aku tidak menuruti kehen­dakku sendiri, melainkan ke­hendak Dia yang mengutus aku” (Yohanes 5:30).

Kedua, Allah adalah Tuhan yang menyelamatkan.

“Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mazmur 34:19).

Sedangkan Yesus dalam Bibel minta keselamatan kepada Tuhan (Yohanes 12:27), dan tidak bisa menyelamatkan dirinya ketika disiksa, diolok-olok, diludahi dan dibunuh (Markus 10:33-34).

..Allah adalah Tuhan yang menyelamatkan, sedangkan Yesus dalam Bibel tidak menyelamatkan, tapi minta keselamatan kepada Tuhan...

Ketiga, Allah adalah Tuhan Yang Maha Tahu.

“Karena Tuhan itu Allah yang Maha Tahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji” (I Samuel 2:3).

Sedangkan Yesus tidak maha tahu, karena ia tidak tahu kapan hari kiamat (Matius 24:36), tidak tahu musim (Markus 11:13), tidak tahu siapa yang menjamahnya (Lukas 8:45-46), kesaksiannya salah (Yohanes 5:31), dan ramalannya meleset (Lukas 22:34, Matius 26:34, Yohanes 13:38 & Markus 14:67-72).

Keempat, Allah adalah Tuhan yang tidak dapat dicobai oleh yang jahat.

“Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat” (Yakobus 1:13).

Sedangkan Yesus dicobai oleh iblis yang jahat di padang gurun.

“Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis” (Matius 4:1).

Kelima, Allah adalah Tuhan Yang mengabulkan doa.

“Engkau (Allah) yang mendengarkan doa. Kepada-Mulah datang semua yang hidup” (Mazmur 65:3).

“Tuhan itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya” (Amsal 15:29).

Maka tidak layak jika Tuhan berdoa minta sesuatu kepada yang lain.
Sedangkan Yesus berdoa kepada Allah.

“Maka Yesus maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, katanya: “Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaku, tetapi janganlah seperti yang kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:39).

Keenam, Allah adalah Tuhan Yang Maha Hidup dan tidak takluk kepada maut.

“Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal!” (I Timotius 6:16).

Sedangkan dalam Bibel diceritakan Yesus mati terbunuh mengenaskan jam tiga sore di atas gantungan tiang salib hanya mengenakan sehelai kain yang menutupi kemaluannya (Lukas 23:44-46).

..Allah adalah Tuhan Yang Maha Hidup dan tidak takluk kepada maut, sedangkan dalam Bibel diceritakan Yesus mati terbunuh mengenaskan jam tiga sore...

Ketujuh, Allah adalah Tuhan Pencipta langit dan bumi yang tidak tidur dan tidak terlelap.

“…Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel” (Mazmur 121:2-4).

Sedangkan Yesus tidur seperti manusia biasa lainnya.

“Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur” (Matius 8:24).

“Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-muridnya membangunkan dia dan berkata kepadanya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Markus 4:38).

Siapa yang layak kita sembah, Yesus atau Tuhannya Yesus?

Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Menyelamatkan, Maha Tahu, Maha Hidup, dan Mengabulkan doa. Karenanya, Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat dan tidak butuh tidur.

Sedangkan Yesus tidak sama dengan Tuhan karena dia hanyalah seorang manusia yang dipilih menjadi nabi utusan Tuhan. Yesus juga tidak maha kuasa, karena dia tidak berbuat apa-apa tanpa kehendak Allah dan tidak maha hidup karena ia takluk kepada maut (menurut Bibel, Yesus mati tragis jam 3 sore di atas gantungan tiang salib). Karenanya, menurut Bibel, pantas jika Yesus bisa dicobai oleh iblis yang jahat dan tidak bisa menye­lamatkan dirinya dari siksaan dan pembunu­han di tangan orang kafir.

..Jika Penginjil Abd Al-Masih beserta jemaat dan umat Kristen mengaku sebagai pengikut Yesus, seharusnya mereka bertuhan kepada Tuhannya Yesus yaitu Allah SWT...

Karena bukan Tuhan melainkan hanya utusan Tuhan, maka Yesus selalu berdakwah meng­ajak umatnya untuk bertauhid menyem­bah Allah, Tuhan Yang Esa.

“Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa” (Markus 12: 29).

Dakwah tauhid Nabi Isa kepada kaumnya ini dicatat dalam Al-Qur‘an:

“Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus” (Qs Maryam 36).

Jelaslah bahwa Yesus bukan Tuhan. Yesus berdoa dan beribadah kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Jika Penginjil Abd Al-Masih beserta jemaat dan umat Kristen mengaku sebagai pengikut Yesus, seharusnya mereka bertuhan kepada Tuhannya Yesus yaitu Allah SWT.

salah siapa ???

ayatnya Memilukan
Ahad, 27 Dec 2009

Tragedi Kiyai Liberal, Akhir Hayatnya Memilukan

“Apa!? kamu hamil?!” Pak tua itu terbelalak mendengar pengakuan putri bungsu yang dicintainya. Dia langsung berdiri dan memburu ke arah sang putri, mengangkat tangannya tinggi-tinggi, siap mendaratkan tamparannya, tapi...

“Jangan Paa... sabaar..!” istrinya menjerit sambil berusaha menghalangi dengan memeluk erat tubuh gadis kesayangannya. Sang bapak pun mengurungkan niatnya, tapi nampak jelas kemarahan dan kekecewaan luar biasa menguasai dirinya. Tubuhnya bergetar, matanya merah melotot, menatap tajam ke arah putrinya.

“Siapa!? Siapa yang berbuat kurang ajar begini, hah??” bentaknya tiba-tiba.

Sang putri hanya terdiam, terisak dan menyembunyikan wajahnya dalam pelukan sang ibu.

“Ya Allahhh… kenapa ini terjadi pada keluargakuu..?? Aku yang ditokohkan orang sebagai cendekiawan muslim terkemuka di negeri ini, hanya membesarkan seorang pelacur!!!” Orang tua itu mengeluh dan mengomel seolah ingin memuntahkan seluruh kekesalan dan kekecewaan dari ubun-ubunnya. Sementara, sambil terus memeluk anaknya, sang istri berusaha menenangkan suasana.

“Istigfar Paa, siapa sih yang pelacur? Anak kita kan hanya korban…” belum selesai si istri berbicara, “Korban apa? Wong dia sengaja melakukannya!!!” Pak tua yang masih kesal itu kini bertambah marah mendengar istrinya berusaha membela sang anak.

Suasana langsung hening, sang istri hanya menunduk, tidak mampu berkata apa-apa. Sejenak kemudian lelaki tua itu menarik kursi ke arah istri dan anaknya yang masih saling berpelukan, dan menghempaskan tubuhnya yang mulai renta itu.

“Ufhhh…, kenapa kau lakukan ini, Nak?” nada bicaranya nampak mulai menurun. Lalu dia menunduk sambil menutupi mukanya dengan kedua tangan keriputnya, seakan tindakan itu bisa menutupi rasa malu yang akan dipikulnya ketika tersiar kabar di media massa infotaintment, “Putri Cendikiawan Muslim Terkemuka, Hamil di Luar Nikah dengan Pemuda Kristen.”

“Pokoknya, kamu harus dicambuk seratus kali!” tiba-tiba dia berucap tegas. Istrinya yang sedari tadi diam, serta-merta menoleh ke arahnya sambil mengernyitkan dahi.

“Apa, Pa? Dicambuk? Bukannya papa pernah bilang cambuk itu hukuman primitif yang tidak pantas untuk diberlakukan lagi? Papa juga sering menulis di buku dan berbagai media bahwa hudud itu sudah tidak relevan dan ketinggalan zaman?!” sang istri memberanikan diri untuk angkat bicara.

Mendengar itu, sang cendekiawan pun semakin terhenyak ke kursinya, dia pun terdiam tak tahu harus bagaimana.

*****

Semenjak kejadian itu, kini lelaki tua tujuh puluh tahunan itu terkulai lemah di atas pembaringan sebuah ruangan gawat darurat sebuah rumah sakit ibu kota. Dia mengalami depresi yang cukup berat. Dalam dirinya terjadi pertentangan batin yang hebat. Dia sadar bahwa selama ini dia terdepan meneriakkan keabsahan nikah beda agama, meneriakkan slogan anti penerapan syariat Islam, menentang jilbab dan menyatakan jilbab bukan ajaran Islam tapi tradisi Arab. “Itu budaya orang Arab, bukan budaya Islam!” tegasnya setiap saat ketika memberikan mata kuliah di depan mahasiswanya.

Tapi, kini nuraninya berontak ketika menyaksikan kedua putri-putrinya menyingkap aurat, berpakaian minim dan sudah tidak seakidah lagi dengannya. Dia ingin menyuruh mereka istiqamah dalam syariat Islam, hidup dalam rumah tangga islami, dan menutup aurat seperti yang diperintahkan Al Quran, tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur. Kedua putrinya justru jadi orang yang gigih mengamalkan ideologi sekuler liberalnya.

Dengan busana gaul ala artis MTV, kini putrinya terjerumus kepada perbuatan zina dengan pemuda non muslim. Nuraninya menuntut untuk menjatuhkan hukuman sesuai dengan syariat Islam. Karena dia sangat mengerti bahwa hukuman di dunia akan membebaskan sang putri dari hukuman yang lebih dahsyat di akhirat nanti.

“Nak, walau bagaimana, kamu adalah seorang muslimah, jika terlanjur melakukan zina, kamu harus bertobat dan dihukum dengan hukuman yang telah ditetapkan oleh Islam.” Entah untuk ke berapa kalinya dia mengatakan itu pada sang putri. Karena tuntutan nuraninya, dia selalu mencoba meyakinkan putrinya agar mau menjalani hukuman cambuk dan pengasingan.

Hingga suatu ketika, saat saat sang putri membesuknya, dia mencoba membujuk putrinya. Tak disangka-sangka sang putri langsung berkata, “Ya sudah, kalau memang dalam Islam seperti itu, aku mau masuk Kristen aja!”

“Apaaa?!” bak disambar petir, pak tua itu langsung terlonjak berdiri. Matanya melotot seolah mau copot. “Kamu sudah gila, ya? Kalo kamu masuk Kristen, kamu berarti Murtad!! Kamu kafir dan...” Ia tak sanggup lagi meneruskan kata-katanya, karena amarahnya sudah membumbung tinggi. Dengan suara menggelegar dia hardik sang putri yang langsung terdiam, menggigil ketakutan.

“Apa nggak salah denger nih, Pa?” tiba-tiba putri sulungnya yang kebetulan sedang berkunjung, angkat bicara membela adiknya. “Papa ngomong apa sih, murtad.. kafir… Hak Diana dong Pa, untuk masuk Kristen, karena dia sudah merasa tidak cocok dengan Islam. Agama kan, wilayah privat yang tidak bisa dicampuri orang lain. Pindah agama ke Kristen adalah wilayah privat Diana. Papa tidak bisa, dong... ikut campur!”

“Jangan asal ngomong kamu, Len!!” pak tua itu langsung membentaknya.

“Dengar Lena, sebenarnya papa tidak pernah merestui kamu menikah dengan orang Kafir itu. Haram hukumnya muslimah menikah dengan orang kafir!!”

“Sekarang papa berani bilang begitu, lalu kenapa papa selama ini sibuk menulis di buku dan berbagai media bahwa semua agama itu sama kebenarannya? Untuk apa papa berkoar-koar semua pemeluk agama akan masuk surga? Itu semua bohong? Iya, Pa? Papa selama ini hanya menipu orang banyak dengan semua tulisan dan ucapan Papa itu?” Lena memberondong sang ayah yang sudah tua dan sedang sakit itu dengan berbagai pertanyaan yang sangat menyudutkan.

“Diaamm..!!!” dia semakin kalap mendengar ocehan sang putri sulung.

“Kenapa Lena harus diam? Lena kan hanya mengulang ucapan-ucapan yang Papa ajarkan!” Si sulung tidak mau kalah, balas membentak. “Asal Papa tahu, sekarang aku sudah ikut agama Mas Yudha, aku sudah masuk agama Budha!”

“Apaa?! ... beraninya kamu murtad Lena.. kamu sudah kafir, akan masuk neraka… darahmu sekarang halal ditumpahkan… akan aku bun... aaaakhhh!”

“Pa..pa..istigfar pa…, istigfaaar!!!” Sang istri berusaha menenangkan suaminya yang berteriak-teriak mengigau. Lelaki itu terus meronta-ronta sambil berteriak tak karuan. “Susteer… tolong susteer..” Sang istri pun menjerit histeris. Tak lama kemudian berdatanganlah beberapa perawat laki-laki, memegangi tangan dan kakinya sampai dia tenang kembali.

“Ahh.. hhh..hhh” lelaki itu nampak terengah, nafasnya memburu..

“Tenang Pak, istigfar..” salah seorang perawat terus berusaha menenangkannya.

Lelaki tua itu pun berangsur tenang, perlahan dia membuka kedua bola matanya, memandang sekelilingnya. Nampak olehnya sang istri yang masih menyisakan cemas di wajahnya. Kedua biji matanya menyapu sekeliling ruangan itu, namun tak didapatinya kedua orang putrinya.

“Ma.. apa.. d..Di..ana jj..jadi masuk kk..Kristen?” mulutnya bergetar, dengan suara yang amat lemah dia berusaha bertanya ke istrinya. Setelah terdiam beberapa saat, bingung harus menjawab apa, sang istri pun memberanikan diri untuk mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

..Kepalanya terkulai lemas, tatapannya kosong, perlahan dia pun kembali memejamkan mata… tiba-tiba.. dia teringat sebuah hadits Nabi yang dulu sangat dihafalnya sejak kecil...

“Fhhhhh…” lelaki itu menghembuskan nafas kuat-kuat, seolah ingin melepaskan semua beban di dadanya. Kepalanya terkulai lemas, tatapannya kosong, perlahan dia pun kembali memejamkan mata… tiba-tiba.. dia teringat sebuah hadits Nabi yang dulu sangat dihafalnya sejak kecil... “Apabila anak Adam meninggal dunia, terputus seluruh amalannya kecuali tiga perkara… Ilmu yang bermanfaat, shadaqah jariah, dan anak shaleh yang akan mendoakan..” Dia langsung membelalakkan matanya, “Anak yang shalehhh…” mulutnya berdesis. “Aku tidak punya anak yang shaleeeh… kedua putri ku telah murtaaad!!.. aahhh, siapa nanti yang akan mendoakanku?? Hik..hik..hik..” dia pun terisak, tubuhnya berguncang hebat menahan isakan tangis penyesalannya.

***

Sang cendekiawan tertunduk menatap tajam ke arah gundukan tanah yang masih merah tempat istrinya dibaringkan untuk selama-lamanya. Tanpa disangka, istrinya yang segar-bugar, mendahuluinya menemui sang Khaliq. Sementara sang cendekiawan tua yang belum bisa mengatasi depresi berat itu masih bertahan hidup, meski sakit-sakitan. Kini, tinggallah Kyai Liberal ini dengan dua orang putrinya.

Tiba-tiba dia tersentak, teringat kedua putrinya kini beda agama dengannya, berarti hanya dia sendiri yang muslim.

Ketika hendak beranjak berdiri. Tanpa sengaja bola matanya terpaku pada sebuah nisan berlambang salib, tak jauh dari makam istrinya. “Ya Allah, bila aku mati nanti, akankah namaku terpampang di batu nisan seperti di makam salib itu?”

muslimah bermartabat

Menjadi Wanita Pilihan

Wanita yang elok paras mukanya itu mungkin tak terhitung jumlahnya..
namun, wanita yang elok perilaku dan jiwanya itu masih sedikit…

Wanita yang kaya harta itu telah mendominasi dunia…
namun, wanita yang kaya hati itu masih minim di dunia…

Wanita yang cerdas intelektual itu tak terbilang jumlahnya…
namun wanita yang cerdas dalam menjaga kehormatannya itu langka…

wanita yang aktif berkarier itu bejibun jumlahnya memenuhi dunia…
namun wanita yang aktif ‘tuk menjadi ibu dari anak-anak yang shalih/shalihah itu sulit dicari…

Wanita yang katanya setia pada pacar yang mau mengorbankan segalanya untuk pacar itu bisa ditemukan berserakan….
Namun wanita yang setia pada suaminya dan mau mengorbankan jiwa raganya untuk kebahagiaan dunia akhirat itu sulit untuk mendapatkannya…

Wanita yang rela membuang hartanya untuk kesenangan dunia itu bukan barang langka…
namun wanita yang rela menginfakkan hartanya untuk kesenangan akhirat itu masih langka…

Wanita yang menjaga dan memelihara kecantikan wajahnya itu sudah biasa terlihat
namun wanita yang menjaga dan memelihara kesucian hatinya sulit ditemukan…

Wanita yang mempertontonkan auratnya itu sudah membuat dunia ini lebih panas…
namun wanita yang senantiasa menutup aurat dan menjaga kehormatannya itu senantiasa menyejukkan mata …

Dan terakhir…
Ingin menjadi wanita yang bagaimanakah anda …
wahai saudariku…
pilihanmu adalah masa depanmu di dunia dan akhirat…


SELAMAT MEMILIH

Ketahuilah wahai saudariku..
Dalam hidup ini akan selalu ada pilihan
setiap pilihan mutlak memerlukan perjuangan
setiap pilihan dan perjuangan akan ada pertanggungjawaban...

Jadi, peluang menjadi wanita pilihan itu masih terbuka lebar.. buruan!!!
Sebelum terlambat …

nasehat muslimah

12 Nasehat Kepada Ukhti Muslimah

Ukhti Muslimah .................

1. Jauhilah olehmu banyak bicara (yang tidak bermanfaat) dan jagalah lisanmu dari cerewet.

Sesungguhnya Allah berfirman:

"Tiada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia." (An-Nisa':114)

Ketahuilah bahwa di sana ada orang yang menghisab pembicaraanmu dan menghitungnya atasmu.

Ringkaslah pembicaranmu, dan bicaralah sebatas maksud dan tujuanmu!

2. Bacalah Al-Qur'an Al-Kariem, dan berusahalah agar ia menjadi wirid harianmu, juga berusahalah untuk menghafalkannya Sesuai dengan kemampuanmu, agar engkau memperoleh pahala yang besar kelak di hari kiamat.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amir Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam beliau bersabda:

"Kelak (di hari kiamat) akan dikatakan kepada pembaca al-qur'an, bacalah, pelan-pelanlah dan tartilah (dalam membacanya) sebagaimana kamu mentartilkannya ketika di dunia, sesungguhnya tempat dan kedudukanmu ada pada akhir ayat yang kamu baca." (Hadits Shahih, Tirmidzi, 1329)

3. Tidak baik jika kamu membicarakan semua pembicaraan yang telah kamu dengar, sebab yang demikian itu memberi peluang kepadamu untuk jatuh dalam lubang kebohongan.

Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu meiwayatkan, sesungguhnya Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:"Cukuplah seorang dianggap sebagai pembohong, jika dia membicarakan semua apa yang telah didengarnya." (Muslim dalam Mukaddimahnya, hadits No:5)

4. Jauhila sifat sombong dan bangga diri dengan sesuatu yang bukan milikmu karena untuk pamer dan menyombongkan diri di depan manusia.

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha bahwa ada seorang perempuan yang berkata: wahai Rasulullah, aku katakan bahwa suamiku telah memberiku sesuatu yang tidak pernah diberikan kepadaku. Kemudian Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Orang yang merasa kenyang dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya sebagaimana orang yang memakai pakaian kepalsuan." (Muttafaq Alaih)

5. Sesungguhnya dzikir kepada Allah memiliki pengaruh yang agung bagi kehidupan ruh, jiwa, badan, dan sosial seorang muslim.

Oleh karena itu wahai ukhti muslimah berusahalah berdzikir kepada Allah dalam setiap saat dan keadaan, sesungguhnya Allah telah memuji hamba-hamba-Nya yang ikhlas kepada-Nya, firman-Nya:

"Yaitu orang-orang yang mengingat (dzikir) Allah sambil berdiri, atau duduk atau dalam keadaan berbaring." (Ali Imran:191)

6. Jika engkau hendak berbicara janganlah engkau agung-agungkan, jangan engkau fasih-fasihkan, dan jangan pula engkau buat-buat, sebab yang demikian itu adalah sifat yang dibenci oleh Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam

Beliau bersabda:

"Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya kelak di hari kiamat ialah mereka yang suka bicara (yang tidak berfaedah), dan yang suka mengada-adakan pembicaraannya, dan para Mutafaihiqun (orang yang mengagung-agungkan pembicaraan bohong)". (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Tirmidzi, 1642)

7. Hendaklah engkau berteladan kepada Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam , yang senantiasa lebih banyak diam dan berfikir, tidak memperbanyak tertawa apalagi berlebih-lebihan di dalamnya.

Jika kamu berbicara, maka batasilah pembicaraanmu hanya yang baik-baik saja, jika kamu tidak bisa maka diam itu lebih baik bagimu. Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia mengatakan yang baik atau lebih baik diam." (Bukhari)

8. Janganlah sekali-kali memutus pembicaraan orang lain atau membantahnya atau menampakkan pelecehan terhadapnya,tetapi jadilah pendengar yang baik yang mendengarkan pembicaraan orang lain dengan sopan (sebagai tanda budi baikmu), dan jika engkau terpaksa membantah ucapan mereka bantahlah dengan cara yang lebih baik (untuk menampakkan kepribadianmu).

9. Waspadalah sepenuhnya dengan sikap mengejek dan merendahkan dialek pembicaraan orang lain, seperti terhadap orang yang kurang lancar bicaranya atau terhadap mereka yang berbicara dengan tersendat-sendat.

Allah berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olokkan) lebih baik dari wanita (mengolok-olok)." (Al-Hujurat:11)

10. Jika engkau mendengar bacaan Al-Qur'an al-Karim, maka hentikan pembicaraanmu apapun masalah yang sedang engkau bicarakan, karena menghormati terhadap kalamullah,

dan untuk mengindah perintah-Nya yang mana Dia telah berfirman:
"Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan baik (tenang) agar kamu mendapat rahmat." (Al-'Araf:204)


11. Senantiasa menimbang kata-kata (ucapanmu) sebelum diucapkan oleh lisanmu, dan berusahlah agar kalimat yang terucap oleh lisanmu adalah kalimat yang baik dan menyejukkan tetap dalam kerangka jalan kebaikan, jauh dari keburukan dan sesutau yang menghantarkan kepada murka Allah. Sesungguhnya kata-kata itu memiliki tanggung jawab yang besar, sudah berapa banyak kata-kata yang memasukkan pengucapnya ke dalam surga, sebaliknya sudah berapa banyak kata-kata yang menenggelamkan pengucapnya ke lembah Jahannam.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu dari Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam beliau bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah pembicaraan yang mengandung ridla Allah, seakan-akan manusia tidak peduli dengannya maka Allah akan mengangkatnya dengannya beberapa derajat, dan seorang hamba berbicara dengan
suatu yang dimurkai Allah, seakan-akan manusia tidak peduli dengannya maka Allah menceburkannya karenanya ke dalam lembah Jahannam." (HR. Bukhari,6478)

12. Pergunakanlah lisanmu untuk beramar ma'ruf dan nahyu munkar serta untuk berdakwah kepada kebaikan, karena lisan adalah nikmat Allah yang agung yang telah dikaruniakan kepadamu.

Allah berfirman:

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia." (An-Nisa':114)

"Nasehat kepada para Muslimah" (Bagian Satu), 'Abdul 'Aziz al-Muqbil.

muslimahku.....

Seikat Cinta untukmu Sobat, Semoga Bermakna...

Hiduplah sesuka hatimu, sesungguhnya kamu pasti mati. Cintai siapa saja yang kamu senangi, sesungguhnya kamu pasti akan berpisah dengannya. Lakukan apa saja yang kamu kehendaki, sesungguhnya kamu akan memperoleh balasannya. Dan ingatlah bahwa bersama kesulitan itu senantiasa akan timbul kesenangan. "Ibnu Abbas"

Shalat itu menghantarmu setengah jalan, puasa itu menghantarmu ke pintu kerajaan dan sedekah itu membawamu masuk ke dalamnya. "Sahl bin Abdullah At-Tusturi"

Jangan engkau bersahabat dengan sahabat yang mana dia begitu berharap kepada engkau ketika mahu menyelesaikan masalahnya sahaja, sedangkan apabila masalah atau hajatnya telah selesai maka dia memutuskan kemanisan persahabatan. Bersahabatlah dengan mereka yang mempunyai ketinggian dalam melakukan kebaikan, memenuhi janji dalam perkara yang benar, memberi pertolongan kepada engkau serta memadai dengan amanahnya atau sikap bertanggungjawabnya terhadap engkau. "Imam Umar bin Abdul Aziz"

Musibah itu hanya satu bala tetapi jika orangnya mengeluh maka menjadi dua bala. Yang satu bala musibah dan yang kedua hilangnya pahala musibah itu "Abdullah bin Almubarak"

Gantunglah cita-citamu di tempat yang tinggi supaya ia tidak dapat dimusnahkan oleh orang lain kerana cita-cita itu adalah sumber kekuatan perjuangan yang tidak terhingga dari segi zahir dan batinnya "Imam Abu Hanifah"

Sesiapa yang merasa marah tetapi dia tidak meluahkannya maka dia seumpama keledai dan sesiapa yang merasa redha terhadap sesuatu tetapi dia tidak dapat menerimanya maka dia seperti syaithan yang mana redha dengan ketuhanan Allah tetapi tidak mahu tunduk pada perintahNya "Imam Syafi'e"

Jika engkau berbuat dosa, maka memohon ampunlah, karena sesungguhnya dosa-dosa itu telah dibebankan di leher-leher manusia sebelum ia diciptakan. Dan sesungguhnya kebinasaan yang dahsyat itu adalah terletak pada melakukan dosa secara terus-menerus. "Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq"

Barangsiapa yang rizkinya lambat, maka perbanyaklah istighfar. Barangsiapa yang dibuat kagum oleh sesuatu dan menginginkannya demikian terus, maka perbanyaklah ucapan maa syaa-allah laa quwwata illa billah "Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq"

Allah telah memerintahkan kepada dunia, 'Berkhidmatlah kepada orang yang berkhidmat kepadaku, dan buatlah payah orang yang berkhidmat kepadamu. "Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq"

Tidaklah kebaikan itu sempurna kecuali dengan tiga hal : menganggapnya rendah (tidak bererti apa-apa), menutupinya dan mempercepatnya. Sesungguhnya jika engkau merendahkannya, ia akan menjadi agung. Jika engkau menutupinya, engkau telah menyempurnakannya. Jika engkau mempercepatnya, engkau akan dibahagiakannya. "Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq"

Fuqaha itu orang yang memegang amanah para rasul, selama tidak masuk ke dalam pintu-pintu penguasa. "Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq"

Jika engkau menjumpai sesuatu yang tidak engkau sukai dari perbuatan saudaramu, maka carilah satu, atau bahkan sampai tujuh puluh alasan, untuk membenarkan perbuatan saudaramu itu. Jika engkau masih belum mendapatkannya, maka katakanlah, "Semoga ia mempunyai alasan tertentu (kenapa berbuat demikian) yang aku tidak mengetahuinya". "Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq"

pendeta pembohong

Mengaku Sarjana Islam, Pendeta Terbongkar Kedoknya

Di kalangan Kristen, Pendeta Samuel Hermawan dikenal sebagai ahli islamologi mantan Muslim. Namanya mulai naik daun ketika Samuel menuliskan pengalaman rohaninya mengapa ia beralih meninggalkan Islam dan kini menjadi pendeta. Dalam testimoni berjudul “Yesus adalah Tuhan dan Raja,” Samuel menuliskan sbb:

“Saya dulunya dari muslim tamatan sebuah pesantren dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bandung. Saya ingin memberikan kekuatan untuk para sahabat sekalian orang-orang Kristen bahwa apa yang kalian sembah itu adalah benar-benar Tuhan dan Juruselamat. Yesus adalah Tuhan dan Raja sesuai yang tercantum dalam Al Quran, Hadist dan Injil.”

Dalam sebuah dialog Islam dan Kristen, dusta Pendeta Samuel terbongkar. Ternyata dia bukan mantan muslim, terbukti karena ia tidak bisa baca-tulis Al-Qur’an. Pengakuannya sebagai ahli islamologi lulusan pesantren dan Sarjana Islam lulusan STAIN Bandung, adalah kebohongan besar untuk memuluskan Kristenisasi.

Pendeta Samuel mengaku tamatan sebuah pesantren dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bandung...

Bermula ketika Indarwati, bukan nama sebenarnya, yang mempengaruhi kakak kandung, orang tua dan pamannya untuk masuk Kristen.

Empat tahun yang lalu, Indarwati menikah secara Islam dengan seorang pemuda. Seluruh keluarga Indar merestui pernikahan itu, karena beranggapan, sang mempelai pria itu adalah seorang Muslim yang taat beragama.

Belakangan, setelah Indar dikaruniai seorang anak, keluarganya baru tahu kalau suami Indar adalah seorang pendeta. Namun ia tidak mengaku pura-pura Muslim ketika menikah. Kilahnya, kekristenan itu ia terima setelah pernikahan. Kini, Indar sudah berganti iman menjadi aktivis gereja, mengikuti jejak suaminya. Bahkan seorang adiknya berhasil ditarik menjadi seorang Kristen.

Ketika Indar mempengaruhi Eddy, pamannya, untuk masuk Kristen, terjadilah percekcokan ringan. Eddy paman adalah mantan aktivis PII (Pelajar Islam Indonesia).

“Kamu ini, kok bisa-bisanya masuk Kristen dan ngajak-ngajak keluarga untuk masuk Kristen?” tanya sang paman.

“Ya.. karena sekarang saya tahu kalau Kristen itu jauh lebih baik dari Islam, paman,” jawab Indra santai.

“Siapa sebenarnya yang mempengaruhimu kok sekarang jadi seperti ini?” tanya sang paman lagi.

“Saya tidak dipengaruhi siapa-siapa, paman. Tuhan Yesus sendiri yang memanggil saya. Sekarang saya tahu bahwa Kristen itu kasih dan menyelamatkan,” terang Indra.

“Apa buktinya kalau Kristen itu menyelamatkan dan lebih baik dari Islam?” selidik sang paman.

“Saya tidak bisa menjelaskan secara detil, paman. Kalau Paman ingin tahu jawabannya, nanti saya panggil pendeta saya. Pendeta Samuel Hermawan adalah ahli islamologi, lulusan pesantren dan STAIN Bandung. Paman bisa bertanya sepuasnya tentang kekristenan kepada pak pendeta,” jawab Indra. Maka disepakatilah pertemuan dialog agama di rumah sang paman.

Ahad malam, 15 November 2009, di Bintaro diadakan pertemuan sederhana. Tapi sang paman tidak mau menghadapi sendiri. Karena penasaran, kok ada lulusan pesantren dan sarjana Islam yang bisa pindah iman, maka ia mengundang sanak saudara dan para tetangga. Tidak lupa, ia mengundang Insan Mokoginta Wenceslaus, ustadz yang mantan Kristen.

Pendeta Samuel Hermawan datang tidak sendirian. Ia itemani beberapa pendeta, pekerja gereja dan beberapa jemaat setianya. Dengan dandanan yang klemis dengan baju batik coklat yang dikenakannya, ia tampil sangat percaya diri. Seluruh materi islamologi yang akan dipresentasikan sudah disiapkan dalam laptop dan infocus, lengkap dengan seorang wanita operatornya.

Dialog dimulai pukul 8 malam, disaksikan lima puluhan pendengar dari kalangan Islam dan Kristen.

Setelah memperkenalkan diri, Samuel mulai menerangkan ketuhanan Yesus berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Puluhan ayat Al-Qur’an ditampilkan di layar infocus. Insan yang sudah tidak asing dengan makalah itu menyela, “Maaf Pak Pendeta, paparan yang anda tampilkan itu sebenarnya bukan pemikiran anda. Anda hanya mengutip brosur Kristen “Rahasia Jalan ke Surga” yang memakai nama penerbit palsu Dakwah Ukhuwah. Saya sudah menjawabnya dalam buku “Muallaf Membimbing Pendeta ke Surga” tahun 1999.

Meski tak bisa membantah bahwa presentasi makalahnya sama persis dengan brosur Dakwah Ukhuwah, Samuel kekeuh menyangkalnya, dan terus melanjutkan ceramah.

“Yesus alias Nabi Isa adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Al-Qur’an sendiri mengakui bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir. Bahkan Yesus bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Mari kita renungkan. Selain Tuhan, siapa yang bisa memberi nyawa kepada orang mati. Karena Yesus bisa menghidupkan orang mati, maka dia adalah Tuhan,” jelasnya.

Insan membantah, “Saya tahu, ayat Al-Qur’an yang anda maksudkan adalah surat Ali Imran 49 dan Al-Ma’idah 110. Tapi ayat ini jangan dibaca sepotong saja. Bila dibaca secara utuh, seluruh mukjizat Nabi Isa itu selalu diiringi dengan kalimat ‘bi-idznillah’ yang artinya dengan seizin Allah. Jadi, seluruh mukjizat itu bukan karena kehebatan Nabi Isa, tapi karena izin dan pemberian Allah. Karenanya, yang menyembuhkan dan menghidupkan itu bukan Nabi Isa, melainkan Allah SWT,” katanya.

Samuel tak dapat membantah argumen ini, lalu beralih ke pembicaraan lain. Ia menyatakan bahwa menurut Injil Lukas, tidak semua perbuatan Yesus ditulis dalam Injil. Karena tidak ada kitab yang bisa memuat seluruh ajaran Yesus.

“Tolong Pak Pendeta baca, Injil Lukas yang anda maksud tersebut!” tanya Insan menimpali. “Wah, saya tidak hafal ayatnya, Pak,” jawabnya singkat.

“Tolong pendeta yang lain atau jemaat membaca Injil Lukas yang dimaksud,” tanya Insan kepada jemaat Kristen. Karena tak mendapat jawaban apapun dari pihak Kristen, maka Insan menjawab pertanyaannya sendiri.

“Sebetulnya, ayat yang dimaksudkan Pendeta Samuel itu bukan Injil Lukas, tapi Injil Yohanes 25:21. Kalau tidak percaya silakan baca ayat tersebut,” Insan mempersilakan. Jemaat pun membaca ayat yang dimaksud, ternyata betul. Mereka semakin gusar.

Ternyata Sarjana Islam Gadungan

Ketika ingin membuktikan ketuhanan Yesus sebagai orang yang tahu hari kiamat, Samuel mengutip terjemahan Al-Qur’an surat Luqman ayat 34: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat.”

Penasaran dengan banyaknya kutipan ayat yang hanya dibaca terjemahannya saja, Insan minta Samuel untuk membaca nas Arabnya.

Nyalinya runtuh ketika dites membaca nas Arab Al-Qur'an. Ternyata Pendeta itu bukan lulusan pesantren karena tidak tahu baca-tulis huruf Arab...

“Pak Pendeta, dari tadi anda hanya membaca terjemahan ayat tanpa membaca nas Arabnya. Anda kan ngaku lulusan pesantren dan sarjana Islam, tolong baca nas Arabnya!” pintanya.

Tak disangka, permintaan Insan ini meruntuhkan nyali sang pendeta. Beberapa menit ia hanya memandangi presentasi di layar in focus. Mulutnya terkatup, sesekali ia memandangi jemaatnya, dan sesekali menundukkan wajahnya yang mulai memucat.

Jemaat dan para pendeta yang hadir pun nampak gusar, malu dan salah tingkah di hadapan puluhan hadirin Muslim. Pendeta Samuel Hermawan yang selama ini mereka elu-elukan sebagai ahli islamologi, lulusan pesantren dan sarjana Muslim, ternyata tak lebih pintar dari siswa TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Sementara hadirin dari pihak Islam sebagian tertawa, sebagian geleng-geleng dan sebagian bertepuk tangan. Mereka terheran-heran terhadap Samuel Hermawan yang ditokohkan dan dihormati di gereja, padahal mereka selama ini dicekoki dengan kesaksian dusta.

“Pak Samuel ini aneh sekali. Bagaimana bisa jadi pendeta dan mengaku ahli islamomogi? Padahal anda tidak menguasai Bibel dan tidak paham Al-Qur’an? Mana mungkin anda bisa memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk kepentingan kristenisasi, padahal anda tidak mengerti baca-tulis Al-Qur’an? Tolong anda beragama yang jujur saja, jangan menipu jemaat” kata Insan menasihati.

Situasi dialog jadi tidak imbang, Insan yang jauh di atas angin, seperti dosen menceramahi anak SD. Tepat pukul 10 malam acara diakhiri, tuan rumah mempersilakan seluruh hadirin untuk menikmati makan malam yang sudah disediakan secara mewah. Terlanjur malu, Pendeta Samuel dan seorang pendeta lainnya buru-buru pamitan pulang meninggalkan para jemaatnya yang sudah membaur bersama hadirin lainnya di meja hidangan.

Seorang peserta yang sangat kecewa terhadap Pendeta Samuel berkomentar, “Katanya lulusan pesantren dan sarjana Islam, gak tahunya seperti ayam sayur,” kata pria berusia 60 tahun yang datang jauh-jauh dari Depok, Jawa Barat. Ternyata Pendeta Samuel adalah "Drs" alias durung rampung sekolah, toh.